Ku labuhkan hatiku
pada Sang Pemilik Hati
Assalamu’alaikum, ukhty…..
Aku seorang mahasiswi semester 3 di salah satu Universitas di Yogyakarta. Umurku 19 tahun. Aku terlahir dari keluarga yang sangat menyayangiku. Aku belum berjilbab sejak kecil, karena itu orang tuaku tidak pernah memaksaku berjilbab. Saat kecil, aku hanya berjilbab kalau ke tempat mengaji saja. Justru aku lebih sering memakai jilbab saat aku SMA, awalnya aku berjilbab karena SMA ku berbasis Islam dan mewajibkan siswinya untuk memakai jilbab.
Dari situlah aku mulai terbiasa keluar rumah memakai jilbab, lambat laun ibuku pun malu tidak memakai jilbab karena anaknya berjilbab. Tapi, selama ini jilbab yang aku pakai hanya sekedar “hijab gaul” layaknya anak zaman sekarang. Hijabku masih sering terawang dan tidak menutup dada. Itupun masih suka lepas pakai. Bahkan jeans sangat sering menghiasi tubuhku. Tidak pernah terlintas dibenakku untuk mengenakan hijab syari. Malah dulu aku risih jika melihat wanita berjilbab syari karena menurutku sangat repot dan menyulitkan kegiatan sehari – hari.
Tetapi, semua itu dulu. Sekarang semuanya mulai berubah ketika Allah mulai mengizinkan aku menemukan hidayahku. Sekarang aku lebih senang ketika melihat cermin. Aku melihat wanita yang lebih tenang dengan jilbab yang mengulur ke badannya. Ya. Alhamdulillah sekarang aku mulai mengenakan hijab syari. Belum lama memang. Baru sekitar 2 bulan ini tepatnya sejak tanggal 5 Mei 2015 aku putuskan diriku untuk menutup aurat sesuai dengan cara yang ditentukan Allah SWT. Aku semakin menyadari betapa Allah menyayangi hambaNya. Semua ketentuan yang Allah buat sebenarnya untuk kebaikan seluruh umatNya. Hanya Islam-lah yang mengatur hambanya dalam hal berpakaian. Betapa indah Islam jika kita mau menyadarinya.
Ketentuan Allah membuat wanita menjadi lebih cantik lahir dan batinnya. Berpakaian sesuai syariat Islam sangat melindungi pemakainya dari godaan syaitan, kejahatan dunia maupun nafsu sesama manusia yang bukan mahramnya.
Aku bersyukur Allah sangat menyayangiku. Ia membukakan mata, telinga, pikiran dan hatiku agar aku semakin dekat denganNya. Tentu, semua perubahan yang terjadi padaku tidak semata – mata datang begitu saja. Aku juga punya cerita hijrah yang lumayan seru. Hehe. Jalan gelap dan rumit telah aku lewati, bahkan aku sempat putus asa hingga akhirnya aku menemukan setitik cahaya yang membawaku kearah yang jauh lebih baik. Banyak hal yang membuatku ingin berhijab syari. Aku sangat bersyukur karena hasil rentetan masa lalu telah membawaku sampai sejauh ini. Apapun yang aku capai sekarang maupun di masa depan nanti, semua karena pelajaran di masa lalu begitu membekas dan mampu membentukku.
Aku akan mulai menceritakan beberapa pengalaman hidupku yang sangat membekas hingga akhirnya mampu membuatku menjadi pribadi yang lebih kuat dan jauh lebih baik. Sebelumnya aku meminta maaf jika ada beberapa orang yang akan aku ceritakan nanti. Aku sama sekali tidak bermaksud ingin menjelek – jelekkan ataupun niat buruk lainnya. Semua ini aku tulis karena aku ingin berbagi pengalaman agar pembaca mampu mengambil hikmah dari cerita hidupku.
Agar tidak semakin banyak generasi muda yang merasakan hal yang sama. Bukankah tanpa kita melakukannya pun kita bisa mengetahui sesuatu yang tidak perlu dilakukan dari pengalaman orang lain? Semoga kita semua dapat mengambil banyak pelajaran dari berbagai kisah diri sendiri maupun orang lain. Aamiin Ya Rabb.
Tepatnya saat aku kelas 2 SMA, aku mencintai seorang lelaki yang sekelas denganku. Dia orang yang baik hati, tulus, penuh kasih sayang, dan sangat perhatian. Mungkin awalnya aku hanya sebatas suka saja, sampai tiba – tiba dia sakit sampai koma sekitar 2 bulan dan aku tidak bisa bertemu dengannya karena dia di rawat di RS luar kota. Sesekali kita hanya bertegur sapa lewat sms. Dan sejak itu aku mulai merasa sedikit kehilangan sapaannya di kelas. Tapi setelah dia sembuh dan mulai kembali beraktivitas seperti biasa meskipun badannya masih kurus lemah. Aku masih sangat ingat bagaimana wajah dan tubuhnya saat pertama kali memasuki kelas. Aku ingat begitu dia duduk dikelas dia melihat kearahku hanya saja aku pura – pura tidak melihatnya. Setelah beberapa hari, dia mengajakku ke suatu tempat yang memang aku sedang ingin kesana dan dia menyatakan perasaannya kepadaku. Dia bilang mulai menyukaiku sejak kelas 1 SMA hanya saja dulu aku sama sekali tidak pernah menoleh kearahnya. Iya karena aku baru mengenalnya saat kita sekelas di kelas 2. Saat itu 11 November 2012 jam 11, aku sangat ingat tanggal dan jam itu dimana aku dan dia mulai berpacaran.
Dulu, aku sama sekali tidak tahu kalau pacaran itu dilarang keras oleh agama. Menurutku selama kita bisa menjaga diri itu boleh – boleh saja. Padahal sebenarnya itu hanya rayuan syaithan agar aku mulai memasuki hal – hal yang Allah larang. Astaghfirullahal’adzim. Beberapa bulan aku bersamanya rasanya benar – benar nyaman. Padahal dulu aku tidak merasakan hal seperti ini bersamanya. Sekarang aku menjadi sering khawatir, cemas, bahkan berperasangka buruk ketika dia tidak disampingku. Aku benar – benar tidak suka jauh darinya. Tetapi, secara tidak sadar bahwa aku mulai jauh dari Allah.
Memang, kita sering sholat berjamaah saat kita sedang berdua tetapi setelah sholat dia mulai memandangku lagi. Aku suka cara dia memandangku. Matanya tajam dan indah. Wajahnya teduh saat dia berhadapan denganku. Bahkan aku suka mendengarkan detak jantungnya yang seirama dengan detak jantungku. Dan dulu aku tidak tahu bahwa zina mata seperti itulah sebagai awal setan gunakan untuk semakin menjauhkan manusia dari Allah. Astaghfirullah. Semakin lama kita semakin dekat sampai suatu hari dia membawaku ke rumahnya. Dia mengenalkanku pada keluarganya. Padahal saat itu aku belum dibolehkan pacaran oleh kedua orang tuaku. Namun, tidak aku sangka bahwa keluarganya merespon positif dan menerimaku dengan sangat baik. Bahkan mereka mengatakan bahwa dia sudah sering menceritakanku sebelumnya.
Tentu, aku bahagia karena ini pertama kalinya aku berkunjung kerumah pacarku. Kemudian dia meyakinkanku agar mulai membawanya kerumahku. Awalnya aku takut karena dari awal pun aku belum memberitahu orang tuaku kalau aku sudah berpacaran. Tapi, ternyata setelah aku membawanya kerumah, orang tuaku juga merespon baik terhadap hubungan kami. Tentu hal ini membuat kami semakin yakin terhadap hubungan kami. Sejak hari itu, dia jadi sering membicarakan tentang masa depan bersamaku. Dia bahkan sering mengatakan ingin menikahiku setelah kuliah dan sukses nanti. Banyak rencana masa depan yang dia rencanakan bersamaku. Hal ini membuatku yakin kepadanya, aku berharap bahwa kelak dialah jodohku. Keyakinan bersamanya semakin besar. Namun, berbagai masalah juga mulai ikut mewarnai hubungan kami, dari masalah yang kecil hingga kami memutuskan berpisah kemudian kembali lagi, berpisah lagi sampai beberapa kali.
Iya, awalnya memang aku dan dia tidak melakukan hal apa – apa seperti yang sering ibuku takutkan padaku. Tapi, semakin bertambah lama hubungan kami, dia jadi sering memeluk dan menciumku terutama ketika aku menangis. Dia juga sering menangis dihadapanku saat kita ada masalah. Padahal saat itu aku sudah memakai jilbab tetapi aku tidak malu ketika lelaki bukan mahramku berkali – kali menyentuhku. Astaghfirullah. Dulu, aku pikir seperti inilah cinta. Ketika pelukannya seketika bisa menenangkan hati. Ternyata salah. Itu semua hanya penenang sementara. Bahwa ada penenang sejati yang telah aku lupakan dan tidak pernah aku sadari.
Bagaimanapun nyaman dan tenangnya ketika lelaki dan wanita belum mahram, maka sesuatu itu tidak bisa disebut cinta. Itu hanya nafsu saja yang mengatasnamakan dirinya sebagai cinta. Padahal cinta itu fitrah dan suci datangnya dari Allah. Tidak semestinya kita menodai cinta dengan hal yang diharamkan Allah.
Semakin lama, kita jadi sering bertengkar hanya karena masalah – masalah sepele. Ketika hubunganku dengannya sedang tidak baik maka aku juga tidak dapat berkonsentrasi dengan baik di kelas. Nilaiku jadi jelek, aku sering melamun dikelas. Peringkatku bahkan anjlok. Aku tidak bisa fokus sekolah dengan baik. Dan dia justru terkena dampak yang menurutku lebih buruk daripada aku. Dia jadi sering bolos sekolah. Kalaupun masuk dikelas pasti duduk dipaling pojok buat tidur. Bahkan dia sering merokok sampai mabuk – mabukan setiap ada masalah. Sebenernya sejak dia seperti itu aku mulai capek menghadapinya karena dia tidak mengejarku untuk menyelesaikan masalah malah justru dia mabuk – mabukan. Aku jadi sering bingung dan tidak memperlakukannya dengan benar. Sering terlintas dipikiranku untuk mengakhiri saja hubungan ini tapi aku ingat keluarga kita yang sudah saling mendukung. Dan aku juga tidak bisa membayangkan akan jadi apa dia kalau aku memutuskan hubunganku dengannya. Di sisi lain aku juga tidak tega melihatnya menangis lagi, meskipun dia berkali – kali membuatku menangis.
Semua yang dia lakukan padaku aku anggap wajar dan selalu memaafkannya. Padahal mungkin ini tanda dari Allah bahwa sebenarnya dari awal hubungan ini memang tidak baik. Aku jadi sering termenung sendirian, aku sering menangis ketika aku berdoa, bahkan kesusahan tidur dan sering menangis ketika akan tidur. Saat aku sangat bingung dan benar – benar ingin menyudahi, lalu aku sholat istikharah sampai beberapa kali dan aku bermimpi dia masih menggandeng tanganku berjalan disuatu tempat saat kami berdua sudah tua. Tapi, entah kenapa keputusanku tetap ingin menyudahi hubunganku dengannya. Mungkin ini awal Allah akan menyelamatkanku dari hal – hal buruk selama ini. Tentu tidak mudah untuk mengakhiri hubungan yang lebih dari setahun berjalan ini. Aku hanya pasrah kepada Allah mungkin Dia akan menggantikan dengan yang lebih baik atau akan mempertemukan kita lagi disuatu tempat dan saat yang tepat.
Tapi, tidak bisa aku sembunyikan kalau aku memang masih benar – benar menyayanginya. Aku kira dengan berakhirnya hubunganku akan berakhir juga kesedihanku. Tapi ternyata tidak. Justru aku semakin merasa tidak tenang dan sedih hampir setiap hari karena aku selalu melihatnya di kelas setiap hari. Selain itu, ada lelaki lain yang mulai mendekatiku sampai akhirnya dia mendengar hal ini dan dia mungkin cemburu sampai dia pun mendekati wanita lain, temanku sendiri. Seperti disambar petir hatiku ketika tahu mereka dekat bukan hanya untuk sebatas teman. Padahal aku bukan pacarnya lagi sekarang dan tidak memiliki hak apapun untuk melarangnya dekat dengan siapa saja. Tapi, entah kenapa hati ini jadi dipenuhi dengki kepadanya. Sampai aku ingin muntah setiap kali melihatnya maupun melihat temanku itu. Astaghfirullahal’adzim. Betapa hebatnya setan mempengaruhi manusia. Aku pikir dengan membencinya bisa menghilangkan rasa cintaku.
Tapi ternyata aku salah. Sampai kita lulus dan sekolah di Universitas yang berbeda pun tetap saja aku masih memikirkannya setiap hari. Aku masih tidak rela melihatnya bersama wanita lain. Aku yang dulu ceria menjadi pribadi yang pendiam. Saat tersulit adalah dimana aku harus selalu terlihat tertawa tanpa siapapun tahu apa yang ada didalam hati. Disisi lain, aku juga berdoa agar dia diberi kesehatan dan kebahagiaan. Agar Allah selalu melindunginya dimanapun dia berada, menjaga hatinya dan mengampuni dosa – dosanya. Aku juga meminta Allah untuk mengingatkan dia sholat tepat waktu, agar Allah memberinya nafsu makan, dan diingatkan jika dia melakukan kesalahan.
Aku mulai mencintainya dalam diam, aku hanya berharap dia masih bisa merasakan doaku. Setelah semua hal menyakitkan itu perlahan – lahan berangsur pulih, sembari menyembuhkan hatiku aku berniat untuk tidak berpacaran selama setahun. Aku ingin menyendiri menyembuhkan semua rasa sakit hatiku.
Seiring waktu berjalan, aku sudah tidak pernah melihatnya lagi, tidak pernah berkomunikasi lagi, bahkan mendengar kabarnya saja jarang sekali. Aku hanya tahu dia ternyata melanjutkan kuliahnya di Universitas di Jogja juga. Memang, sering sekali rasa rindu datang menghampiri. Aku juga mulai berani bepergian tanpa jilbab lagi. Aku masih sering menangis ketika doaku mulai menyebut namanya. Rasanya hatiku tersayat – sayat hingga di penuhi luka. Rasanya dadaku terisi rongga menganga yang besar sekali dan tidak bisa aku lepas yang siap membaretkan lukanya setiap saat. Rasanya ini lebih dari sekedar patah hati. Bahkan aku sering tidak sadar kalau aku menangis di lamunanku, sampai air mataku kering dengan sendirinya.
Aku seperti tidak percaya lagi dengan akhir yang bahagia. Bahkan untuk hidup bahagia bersama orang yang dicintai seperti mimpi yang sangat jauh bagiku. Saat – saat itu aku benar – benar merasakan sedih yang sangat dalam. Teman – temanku satu persatu menghilang entah kemana. Padahal seharusnya aku bisa menyadari bahwa saat semua orang pergi dan aku sendirian, sebenarnya aku sedang berduaan dengan Allah. Hanya ada aku dan Allah. Tidak ada tempat bercerita kecuali Allah. Tidak ada yang mampu mendengarkan begitu banyak keluhanku selain Allah. Tidak ada yang dapat menenangkanku selain lantunan ayat – ayatNya. Allah yang begitu mencintaiku, mendengarkan semua keluh kesahku padahal aku sempat melupakanNya, durhaka padaNya dan jauh dariNya. Entah aku sempat menomor berapakan Allah dalam urusanku. Entah berapa kali sholatku menjadi tidak khusyuk karena urusan dunia. Entah seberapa banyak dosaku padaNya. Apakah Allah masih berkenan mengampuniku? Aku tidak dapat menemui ketenangan lain selain dekat bersamaNya. Pelan – pelan aku semakin sadar betapa Allah berkali – kali menyelamatkanku dari hal yang tidak baik.
Allah Maha Menyayangi hambanya. Dia menuntunku kearah yang lebih baik. Aku semakin senang dan teduh melihat wanita – wanita sholehah yang tenang hatinya dan menenangkan ketika mereka dipandang. Aku berpikir apakah bisa aku seperti mereka? Yang berlomba – lomba dalam kebaikan dan teguh hatinya di jalan Allah. Mereka yang istiqomah mengulurkan jilbabnya sampai kebadannya. Mereka yang santun dan lemah lembut ucapannya. Aku cemburu dengan mereka yang bisa selalu berdekat – dekatan dengan Allah. Tapi, apakah pantas seorang pendosa sepertiku berharap berdekat – dekatan dengan Allah Dzat Yang Maha Suci? Astaghfirullah’adzim. Pelan – pelan aku dekati mereka. Aku bertanya sejak kapan mereka berhijab syari. Aku ingin lebih banyak pengetahuan mengapa wanita harus berhijab. Mereka dengan senang hati menjelaskannya padaku. Tetap saja aku belum yakin, lalu aku googling semua hal yang ingin aku tau. Dan MasyaaALLAH betapa jilbab syari sangat melindungi pemakainya dari segala bentuk kejahatan dan nafsu duniawi. Perintah berhijab syari bisa banyak kita temukan dalam Al – Quran. Salah satunya pada Q.S An – Nur (24) : 31 yang artinya berbunyi:
“ Katakanlah kepada wanita yang beriman, Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya; janganlah mereka menampakkan perhiasannya (auratnya) kecuali yang (biasa) tampak padanya. Dan hendaklah mereka mengulurkan kain kerudung ke dadanya.”
Bukan hanya pada ayat tersebut saja. Tetapi, banyak ayat yang mewajibkan kita menutup aurat. Ketika kita berhijab tetapi aurat tidak cukup tertutupi maka hal itu tidak dapat disebut sebagai hijab. Selama ini kita salah mengartikan hijab. Bahwa hijab digunakan untuk menutup aurat, dan aurat kita bukan hanya sekedar rambut saja melainkan seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan. Pakaian yang ketat dan terawang tidak cukup untuk menutupi bentuk tubuh kita. Selama ini aku hanya membaca Al – Quran saja tanpa pernah mau tau maksudnya, melaksanakan perintah dan menjauhi segala macam larangannya. Astagfirullahal’adzim.
Semakin hari, aku semakin ingin menutup auratku dengan sebenar – benarnya. Aku ingin menjadi wanita yang kelak siapapun yang memilikiku akan merasa beruntung. Aku tidak ingin orang tuaku menanggung dosaku karena aku tidak berhijab dengan baik. Aku sadar aku tidak memiliki banyak amalan yang dapat membawa orangtuaku ke surga. Cukup dengan tidak mendorong mereka ke neraka. Karena satu langkah aku keluar rumah tanpa menutup aurat berarti satu langkah pula aku mendorong ayahku ke neraka. Aku mulai merasa malu ketika melihat cermin aku melihat bentuk tubuhku dengan jelas terlihat. Aku mulai tidak percaya diri berjalan di keramaian dengan jeans membalut bentuk tubuhku dan jilbab pendek yang hanya menutupi kepala dan leher saja.
Aku juga malu dengan Allah karena aku tidak bisa menjalankan perintahNya yang paling sederhana ini padahal semua nikmat dan kasih sayangNya kepadaku tidak bisa dihitung berapa banyaknya. Padahal Allah sudah bersabda di dalam Q.S Ar-Rahman bahwa “Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?” Setiap saat Allah berikan nikmat pada hidup kita. Keagungannya bahkan menjadikan nikmat didalam setiap masalah dan rasa sakit. Semakin hari aku semakin tidak nyaman dengan penampilanku. Tapi, aku takut anggapan orang – orang yang akan melihat perubahanku nanti. Aku takut orang tuaku tidak setuju. Aku takut orang lain mencemooh perubahanku. Aku takut nanti tidak bisa istiqomah dalam menjaga auratku. Hingga akhirnya seorang temanku menasehatiku bahwa hidayah itu tidak datang dengan sendirinya.
Kita perlu mencari dan menjemputnya agar hidayah datang mengetuk hati kita. Bahkan suatu ketidaksengajaan ketika aku menjemur pakaianku, terdengar nyanyian dari speaker masjid yang liriknya aku ingat sampai sekarang “Ku sadari akhirnya Kau tiada duanya, tempat memohon beraneka pinta, tempat berlindung dari segala marabahaya.” Mungkin sebelumnya kita sering mendengar lagu ini. Tapi aku sama sekali tidak pernah memikirkan apa maknanya. Padahal jelas sekali hanya kepada Allah kita dapat meminta semua hal dan beraneka macam hal yang kita inginkan. Hanya perlindungan Allah yang bisa menyelamatkan dari segala macam bahaya. MasyaaAllah.
Semakin hari hatiku semakin berontak dan tergugah untuk berhijab syari. Sampai aku mengikuti seminar hijab pada waktu itu narasumbernya Kak Meyda Sefira dan Bunda Yulia Rachma. Awal aku memasuki majlis aku serasa disambut puluhan bidadari cantik yang mengenakan hijab syari berwarna pink muda. Senyumnya cantik dan menenangkan. Aku malu memasuki majlis dengan rok ketat, baju nerawang dan hijab pendek. Hingga seminar dibuka dan kata – kata Kak Meyda yang masih aku ingat sampai sekarang bahwa menutup aurat itu perintah murni dari Allah. Berjilbab ataupun berhijab itu pilihan, tetapi menutup aurat itu wajib bagaimanapun caranya. Ketika ada seseorang bertanya bagaimana tips agar berani berhijab syari dan ia tidak bisa memberi tips yang tepat. Ia hanya menyarankan “Pakailah! Dan kamu akan tahu bagaimana rasanya.” Ia juga menyuruh kita agar bersyukur jika hati kita sudah tergugah panggilan untuk berhijab syari karena Allah telah menaruh keinginan pada hati kita dan tidak semua orang dipilih Allah untuk merasakannya. Alhamdulillah.
Aku pun semakin ingin berhijab syari dan menjaga pandanganku, menutup auratku dengan baik. Cukup sudah aku mengumbar bentuk tubuhku pada yang bukan mahramku. Aku ingin hanya suamiku saja kelak yang berhak atas cinta lahir dan batinku. Aku memberanikan diri mengutarakan keinginanku pada ibuku. Ketika ibuku ingin memberiku uang untuk membeli celana jeans aku menolaknya dan meminta agar ibu membelikanku baju – baju syari saja. Suaraku gemetar ketika memintanya. Dan ibu mendukungku bahkan ibuku juga ingin berpakaian panjang yang menutupi dadanya. Seketika aku pergi ke WC dan menangis karena sangat bahagia. Aku sudah tidak takut lagi dengan anggapan orang – orang nanti. Keinginanku lebih besar dari ketakutanku akan angggapan orang lain. Ketika kita berniat baik, Allah mendatangkan segala kemudahan darimana saja bahkan dari jalan yang tak pernah diduga. Aku meminta temanku untuk menemaniku mencari baju syari.
Ada satu temanku yang tertawa mendengar niatanku ini. Bahkan dia tidak yakin aku benar – benar ingin berubah. Tetapi itu semakin membuatku ingin membuktikan bahwa aku akan melakukan perubahan itu. Saat aku mencoba baju syari di salah satu toko dan menghadap ke cermin, MasyaaAllah aku seperti tidak melihat diriku sendiri. Aku ingin menangis melihat wanita yang ada dicermin itu. Aku tidak pernah menduga diriku akan mengenakan baju seperti ini. Hingga akhirnya aku mantap untuk berhijab syari dan Alhamdulillah teman – temanku merespon dengan sangat baik. Semua kekhawatiranku tidak terjadi, justru banyak dari mereka yang penasaran dan ingin berubah juga setelah melihat perubahanku. Bahkan mereka sering mengingatkan aku jika bajuku ketat ataupun terawang.
Aku merasa sangat beruntung memiliki mereka. Hatiku semakin nyaman dan tenang karena pakaianku sekarang selalu mengingatkanku untuk lebih dekat dengan Allah dan mengontrol diriku dari hal – hal buruk yang tidak perlu aku lakukan. Perlahan, sikapku juga mulai mengalami perubahan. Alhamdulillah. Benar, tidak perlu menunggu hati yang baik untuk berjilbab. Karena jilbab ini yang kelak akan mengingatkanmu dari segala hal buruk. Jilbab ini yang akan melindungimu, yang akan mengontrol perilaku, nafsu dan amarahmu. Ingat bahwa menutup aurat itu murni perintah Allah, tidak ada tawar – menawar untuk hal itu. Bagaimanapun baik buruknya akhlak seseorang, dia tetap harus menutup auratnya. Sama sekali tidak ada alasan untuk bisa mengumbar aurat.
Aku senang melihat diriku yang sekarang. Aku semakin yakin dan mantap dalam hijrahku. Tapi, tidak sampai disitu. Ketika aku berusaha istiqomah dalam hijrahku, justru teman – temanku mendorongku agar aku mulai berani menjalin komunikasi yang baik lagi dengan dia, mantanku yang masih aku cintai dalam diam sampai sekarang. Aku takut hal ini akan menggoyahkan hijrahku. Tetapi, dengan dukungan mereka akhirnya aku mau memulai menyapa dia lagi. Bukankah silaturahmi diantara sesama muslim harus tetap saling terjaga? Pikirku pada awalnya. Aku tidak menyangka kalau dia justru meresponku dengan sangat baik.
Kita sering bertukar cerita. Aku jadi mulai mengharapkannya lagi dan ingin selalu berkomunikasi dengannya. Padahal seharusnya aku tahu bahwa ini adalah ujianku dalam berhijrah. Sebenarnya aku takut hal ini akan kembali menjauhkan aku dari Allah. Aku ingin Allah menghapus saja rasa cintaku padanya, aku juga sudah benar – benar capek selama ini mencintainya. Aku terus memohon agar Allah menghapus rasa cintaku ini. Tapi, disaat aku benar – benar capek dan tidak ingin berharap lagi kepadanya tiba – tiba dia mengajakku bertemu. Saat itu bulan Ramadhan dan hampir memasuki libur lebaran. Dia mengajakku sahur bareng di Jogja sebelum kita pulang ke kampung halaman. Dia menjemputku dan kita pergi berdua berkeliling Jogja di malam menjelang pagi hari. Sepanjang jalan dia bercerita banyak hal kepadaku.
Entah kenapa rasa rindu dan sakit hati yang selama ini aku pendam seperti terobati begitu saja. Padahal seharusnya aku tahu kalau ini tidak dibolehkan Allah. Lagi lagi ini adalah ujianku dalam berhijrah. Memang aku senang setelah bertemu dengannya, tapi aku juga merasa ada hal yang berubah darinya. Aku berharap dia semakin menjadi pribadi yang lebih baik, tetapi sepertinya tidak seperti itu. Memang itu pilihan hidupnya dan tidak seharusnya aku ikut campur dengan hidupnya yang sekarang. Aku hanya berharap dia selalu bahagia dengan setiap pilihannya dan baik – baik saja. Entah dia jodohku atau bukan, aku tetap berharap dia selalu menjadi laki – laki yang baik.
Bukankah hidup itu pilihan dan kita sendiri yang menentukan hidup kita akan memilih yang mana. Sudah semestinya kita tahu bahwa apapun yang kita pilih haruslah kebaikan dan kebaikan saja. Memang, ada hal – hal yang sering aku rindukan yang masih dapat aku temui pada dirinya. Tetapi, lebih dari itu aku merasa lebih takut jika Allah marah lagi padaku. Sejujurnya aku sudah benar – benar capek mencintainya, aku ingin berhenti mencintainya dan dapat membuka hati untuk orang lain yang lebih baik tapi aku tidak tahu bagaimana cara melakukannya. Aku takut rasa cintaku padanya lebih besar daripada rasa cintaku padaNya. Naudzubillah. Sampai akhirnya aku memutuskan untuk mengutarakan perasaanku dan berhenti berharap padanya. Aku harap jika dia sudah tahu perasaanku maka aku akan lega dan ikhlas untuk benar – benar meninggalkannya. Aku ingin menjauh lagi dan berharap satu – satunya pada Allah. Aku selalu berdoa agar apapun yang terjadi akan semakin mendekatkan aku dengan Allah. Dan benar, lagi – lagi Allah menyelamatkanku.
Aku mengutarakan perasaanku dan dia mengatakan bahwa saat ini dia hanya menganggapku sebatas teman curhat dan saudara. Bahkan menurutku dia sedang mencintai seorang wanita, dan tentu itu bukan aku. Dia datang lagi hanya untuk meredakan rasa rinduku kemudian menghilang lagi. Malah dia meninggalkan luka lagi dan lagi. Entah kenapa setiap aku melihat wajahnya aku merasa dia mempunyai beribu – ribu pedang yang siap melukaiku kapan saja. Bahkan saat mengingat dia pun aku terluka. Mungkin Allah tahu saat ini iman ku masih lemah karenanya Ia jauhkan aku darinya agar aku selamat. Aku sangat bersyukur akan hal itu. Sakit memang mengingat kata – kata yang dia lontarkan. Tapi aku tahu aku kuat dan pernah bisa melewati hal yang lebih sakit dari ini sebelumnya. Jika kita pernah selamat dari badai, kenapa harus menggigil terkena hujan?
Bagaimanapun juga hatiku harus lebih kuat daripada rasa sakit apapun. Bukankah Tuhanku Maha Besar dan jauh lebih besar dari masalah – masalahku? Jika kita masih saling mencintai, mungkin kita akan kembali jauh lagi dari Allah seperti dulu. Bukankah Allah benar – benar menyelamatkanku berkali – kali? Terimakasih ya Allah. Sekarang aku tahu, dia tidak cukup baik untuk diriku saat ini. I close my eyes and let it go! Aku harap Engkau dapat memberikan seseorang yang lebih baik untuk mendampingi diriku nanti, atau jika sebenarnya memang dia orangnya tolong pertemukan kami dengan caramu yang lebih indah pada keadaan dan waktu yang tepat, dimana kami sudah siap dan pantas Engkau sandingkan. Aku tidak menyesali apapun karena semua rasa sakit dihatiku akan semakin mendekatkanku pada Allah. Ibarat pil pahit, ia mesti ditelan agar badan sehat kembali. Without the dark we’d never see the stars, right? Aku mengutip dari sebuah novel bahwa “akhirnya seseorang menyadari bahwa dia perlu jatuh cinta dengan orang yang salah untuk menemukan dirinya yang sesungguhnya.” Dan aku rasa itu yang terjadi padaku.
Ampuni aku yang sering lalai karena kesenangan duniawi, Ya Allah. Kasihani aku yang sering mengingatmu saat aku sedih saja dan ampuni aku karena aku sering lupa saat aku senang. Karena pada hakikatnya manusia akan mendekat pada Allah jika ia diberi kesusahan, tapi saat diberi kesenangan dia akan lupa. Tetapi sebagai hamba yang baik seharusnya kita bisa mengingat dan berbagi segala hal pada Allah, baik itu kesenangan maupun kesusahan. Bukankah kesenangan pun termasuk ujian dariNya? Aku percaya janjimu pasti benar bahwa setiap makhluk di dunia ini Engkau ciptakan berpasang – pasangan dan sungguh laki – laki yang baik untuk wanita yang baik dan sebaliknya. Ampuni aku jika menjauhnya aku darinya mungkin sempat membuat silaturahmi kami terganggu. Tapi, hamba yakin Engkau lebih tahu mengapa aku melakukannya.
Terimakasih atas nikmatmu yang telah mengizinkan aku merasakan bagaimana indahnya dan sakitnya pernah benar – benar mencintai seseorang. Aku tahu rasa ini tidak semestinya. Aku tidak ingin mencintai makhlukMu dengan lebih besar daripada aku mencintaiMu. Bukankah aku juga punya orang tua yang butuh cintaku? Ingatlah orang tua kita, pandangi wajahnya. Apa sudah cukup cinta yang kita berikan kepadanya selama ini? Memang cinta adalah anugrah terindah yang Allah berikan. Tapi tidak sepatutnya kita mencintai dengan cara yang salah. Kita harus pandai dalam mencintai. Kita harus selalu ingat bahwa hanya Allah-lah yang pantas dicintai dengan sebesar – besarnya. Bukankah hanya cinta kepada Allah yang tidak akan bertepuk sebelah tangan? Mencintai Allah dan Rasulullah tidak hanya membuat hati kita lebih tentram tapi juga menuntun langkah kita menuju surga dan bertemu dengan Allah dan Rasulullah. Ya Allah, sungguh kekuasaanMu meliputi segala hal. Sungguh, Engkaulah yang Maha membolak – balikkan perasaan hambaMu.
Aku berlindung dari segala hal yang berlebih – lebihan. Dari semua hal yang terjadi padaku, pasti Engkau punya alasan dan tujuan yang baik yang ingin Engkau tunjukkan padaku. Bukankah setiap orang memiliki ujiannya masing – masing. Dan ujian Allah tidak pernah melampaui batas kemampuan hambanya. Semua yang terjadi agar terangkat derajat kita. Bukankah Allah Maha Adil dan Hakim yang terbaik. Dia juga Maha Penyayang dari para penyayang. Aku yakin suatu saat nanti aku akan tersenyum melihat jalan yang telah aku lewati. Aku akan tersenyum karena saat hal yang aku inginkan tidak terjadi sesungguhnya Allah sedang menyelamatkanku. Aku merasa masih jauh dari hamba yang baik untukMu ya Rabb. Aku malu ketika Allah mengabulkan doaku dan mencukupi segala macam kebutuhanku meskipun aku tak pernah memintanya padahal ibadahku cacat dan aku belum bisa menjadi hambaNya yang cukup baik.
Allah menyayangiku tanpa syarat seperti tidak peduli berapapun dosa yang telah kulakukan padaNya. Allah selalu sempurna mencintaiku meskipun aku tak sempurna mencintaiNya. Terimakasih ya Allah. Aku mau TAAT. Izinkan aku untuk selalu memperbaiki diri. Bukankah Allah menyukai orang – orang yang bertaubat dan membersihkan diri? Ampuni aku dengan semua kelemahan dan kebodohanku ya Allah. Selalu berprasangka baik lah pada Allah dan pada semua orang. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui dan kita (manusia) tidak mengetahui.
Kini, aku tidak lagi berharap padanya, satu – satunya yang aku harapkan hanya ridho dariNya. Memang aku sering sekali rindu akan kebersamaan dengan keluarganya, tapi aku hanya bisa berdoa agar kita semua diberikan yang terbaik menurutNya, diampuni segala dosa dan mendapatkan perlindunganNya. Aku tidak lagi ingin berhenti pacaran selama setahun saja, tapi aku ingin benar – benar berhenti pacaran sampai aku menikah nanti. Aku berdoa agar aku tidak melakukan hal yang menyakitkan seperti ini pada orang lain, aku juga tidak ingin orang lain merasakan hal yang sama. Aku tidak lagi berdoa agar Allah menghapus rasa cintaku padanya. Karena aku tahu Allah-lah yang menganugerahi semua rasa yang ada pada hatiku. Biarlah rasa cinta ini menjadi urusanku dengan Allah. Biarlah Allah menjadi pengendali setiap rasa dihatiku. Biarlah rasa cinta ini menjadi ladang kesabaranku, pembelajaranku tentang keikhlasan dan proses pendewasaanku. Memang, sesekali hatiku akan kembali sakit dan kembali terasa sesak. Tapi aku bersyukur karena semua rasa itu akan lebih menguatkanku dan membuatku lebih dekat lagi dan lagi denganNya.
Aku serahkan segala rasa yang ada dihatiku kepada Allah. Aku asyik berdoa dan berdekat – dekatan dengan Allah karena aku bisa merasakan dan memperhatikan bagaimana rasa sakitku mereda karenaNya. Allah is the best healing ever! Aku melabuhkan hatiku satu – satunya hanya kepadaNya Dzat Sang Pemilik hati. Saat aku berusaha mendekatiNya dengan tertatih – tatih, aku bisa merasakan Dia selalu membantu mengangkat tubuhku setiap aku jatuh, menyemangatiku setiap aku mulai merasa lelah, menuntunku sejak pertama kali aku mulai melangkahkan kakiku. Dan aku tahu Dia sangat menyayangiku dan selalu ada untukku. Dia tidak pernah mengacuhkanku meskipun aku sering mengacuhkanNya berkali – kali. Bukankah Allah telah bersabda pada Q.S Al- Insyirah bahwa setiap kesulitan pasti akan ada kemudahan? Cukuplah Allah yang menjadi penolong kami dan Dialah sebaik baik pelindung. Aku percaya dengan kekuatan doa. Bukankah sejak zaman nabi doalah yang menjadikan umat muslim kuat hingga sekarang?
Doa mendekatkan yang jauh. Doa menguatkan yang lemah. Doa mengembalikan harapan setelah keputus – asaan. Doa adalah jawaban dari permasalahan hidup. Bahwa orang yang paling tenang adalah orang yang percaya bahwa tidak ada satupun yang terjadi tanpa seijin Allah. Saat musibah datang kepada kita hingga kita tidak tahu harus berbuat apa maka kembalilah pada Al-Quran. Bukankah Allah telah berfirman didalamnya bahwa cukuplah sabar dan sholat sebagai penolongmu. Bersabarlah dan jangan tinggalkan sholat. Adukan setiap keluh kesah kita padaNya. Allah dulu, Allah lagi, Allah terus.
Bersabarlah, akan ada waktunya nanti kita dihormati dengan pernikahan, karena tidak ada penghormatan bagi wanita sebaik dinikahi. Yakinlah bahwa kamu juga akan dipertemukan dengan dia yang menjaga diri, karena kamu juga menjaga dirimu. Ataukah keyakinan itu tidak ada? Ataukah prasangka baik padaNya memang tidak pernah kita tanamkan dalam hati kita? Kita meninggalkan sesuatu karena kita meyakini ada ganti yang lebih baik. Apalagi dalam hal pasangan hidup. Allah menjamin dan itu cukup. Wahai hati, kumohon kau untuk bersabar agar kita mengikuti cara yang Dia kehendaki, InsyaAllah kita akan mendapatkan yang terbaik. Wahai hati, tolong jangan memberontak. Gantungkanlah harapanmu hanya pada Allah agar kau tak meraung kesempitan. Sudah siapkah kau untuk dipertemukan dengan dia, seseorang yang telah kau tunggu dalam penjagaan dirimu dan perbaikan akhlaqmu? Bisakah kau bayangkan betapa bahagia dirinya yang akan mendapatkanmu jika mendengar kaulah wanita yang berusaha menjaga diri, menjaga hati bahkan memperbaiki akhlaqmu karena menginginkan calon imam yang juga menjaga diri, hati dan akhlaqnya untukmu? Sudah siapkah kau disatukan dengan dia, lelaki yang siap menjadi imam sholatmu, yang akan kau amini doanya, yang akan menjadi imam keluargamu, imam lahir dan batinmu?
Sudah siapkah kau menjadi makmum yang baik untuknya? Makmum yang senantiasa menyediakan telinga, mulutnya, matanya, tangannya, pikirannya hingga hatinya untuk menenangkan segala keluh kesah dan letih tentang dunianya? Makmum yang akan menjadi rumah untuk pulang sejauh apapun imammu berkelana? Siapkah kau dipandangi olehnya dan memandanginya dengan cara yang halal? Siapkah kau membuatnya tersenyum tanpa syarat setiap kali dia melihat parasmu? Siapkah kau melihat tatapan cintanya setiap saat? Siapkah kau saling bercerita tentang segala hal dengan dia yang engkau harapkan menjadi jodoh di dunia dan akhiratmu? Percayalah, Allah mendengar semua doa – doa kita. Allah pasti mengabulkan yang terbaik untuk kita. Jika pilihan kita tidak dikabulkan olehNya maka kita seharusnya bisa lebih bersyukur karena kita akan mendapatkan pilihanNya. Dan pilihanNya lah yang selalu tepat dan terbaik. Iya memang kita punya rencana, kau punya rencana bahkan dia juga pasti punya rencana. Tetapi, Allah juga punya rencana yang TERBAIK.
Iya kita mungkin memiliki bayangan setahun dua tahun akan seperti apa hidup kita dengan apa yang menjadi pilihan kita. Tapi, setelah itu? Hanya Allah sajalah yang tahu hidup kita akan seperti apa, Allah yang tahu apa kebutuhan hidup kita dimasa mendatang. Allah jauh lebih tahu seperti apa hidup kita dalam masa yang sangat lama. Bahkan hanya Allah kan yang tahu kapan umur kita berakhir di dunia ini? Jadi, percayalah sama Allah. Dia menyayangi kita, Dia Maha Pemberi yang terbaik. Mintalah padaNya yang terbaik, Allah pasti akan memberikannya, mengabulkan satu – persatu doamu pada keadaan yang tepat, waktu yang tepat, di tempat yang tepat dan untuk alasan yang tepat dengan caraNya yang Maha Luas dan pasti indah. Percayakan? Bersabarlah sedikit lagi. Bukankah tidak ada penantian yang sia – sia dijalanNya? Bukankah setiap kesabaran akan berbuah manis? Bukankah janji Allah pasti benar dan hanya Allah-lah yang Maha Menepati Janji? Bukankah kita diajarkan oleh langit tentang arti kesabaran bahwa ia luas dan tak terbatas? MasyaaAllah. Jadi, bersabarlah wahai hati. Penuhi hatimu dengan hal – hal baik sehingga hal buruk sama sekali tidak bisa menjadi pengisi ruang sekecil apapun dihatimu.
Banyak hal yang terjadi padaku yang lebih tidak bisa aku ungkapkan dengan kata – kata. Aku sering tercengang dengan kekuasaan Allah yang begitu luas. Dia- lah Dzat yang Maha Kuasa Atas Segala Sesuatu. Terimakasih Allah telah membukakan hati, mata, telinga dan pikiranku. Terimakasih kepada semuanya karena kalianlah aku berani menjemput hidayahku. Mari kita bersama – sama mendekatkan diri pada Dzat yang telah menciptakan kita. Mari Labuhkan hati kita satu – satunya hanya kepada Dzat Sang Maha Pemilik Hati. Bukalah matamu, lihatlah didepan matamu sesungguhnya kuasa Allah sangatlah luas dan indah. Bukalah telingamu, disekitarmu ada suara yang hanya bisa kau dengarkan dengan keyakinan hati. Dan bukalah hatimu, agar kau bisa merasakan nikmat kuasanya yang begitu indah dan kau akan tercengang betapa sayangnya Allah pada hambaNya. Biarlah hatimu bergetar karena melihat, mendengar dan merasakan kekuasaanNya. Apalah daya kita di dunia ini tanpa pertolonganNya. Kita lemah tanpaNya. Kita tidak mempunyai apapun tanpa kasih sayangNya. Sungguh apalah arti memiliki? Ketika diri kita sendiri pun bukanlah milik kita. Masih pantaskah kita sombong, angkuh dan tidak mau berdoa kepadaNya Dzat Yang Memiliki segala yang dibumi maupun dilangit? Dzat yang Memiliki kekuasaan yang sangat luas.
Semoga kisah hijrah ku semakin memantapkan hati kita untuk tetap istiqomah berada di jalanNya. Sama sekali tidak ada niat menggurui, kita sama – sama belajar. Hadirilah majlis – majlis yang mendatangkan manfaat dan semakin memperkuat iman kita. Perbanyak persahabatan yang baik dan tulus, yang mengajak kita ke tempat yang baik dan membuat kita lebih ringan untuk berbuat kebaikan. Berkumpullah dengan orang – orang yang saleh agar kita senantiasa istiqomah dijalanNya. Semoga kita semua dapat mengambil pelajaran dari setiap hal yang terjadi pada hidup kita. Saat kita mendapatkan masalah yang berat, cobalah untuk jangan langsung mencari solusi. Tetapi, mohonlah ampunanNya karena bisa jadi ujian yang berat datang karena dosa – dosa kita. Ingatlah bahwa kematian tidak menunggu kita bertaubat. Kematian tidak kenal waktu, usia dan amal hambaNya. Dan kematian itu pasti terjadi pada setiap umatNya yang bernyawa. Sudah siapkah kita berhadapan dengan sakitnya sakaratul maut? Apa yang akan kita katakan pada para malaikat nanti? Bisakah kita menjadi hamba terpilih yang dapat bertemu dengan Allah dan Rasulullah? Mari kita persiapkan diri. Jangan kotori cerita hidup kita dengan hal yang penuh dosa. Bersihkan diri! Sesungguhnya Allah mencintai orang bertaubat dan orang – orang yang membersihkan diri. Semoga kelak kita semua bisa bertemu di surga Allah nantinya. AAMIIN YA RABBAL’ALAMIN.
Jazakumullah katsiran.
Wassalamu’alaikum.